Tuesday 27 October 2015

Sawah tadah hujan

Dengan produksi rata-rata 2.5 juta ton beras per tahun, telah mengempatkan Sulawesi Selatan sebagai daerah penyangga pangan nasional terbesar kedua setelah Jawa Timur. Areal pertanian yang dimiliki provinsi ini cukup besar, yaitu mencapai 1.411.446 Ha yang terbagi dalam lahgan persawahan seluas 550.217 ha dan lahan kering seluas 861.319 ha. Jumlah areal yang cukup besar tersebut, jika dikelola maksimal, sangat berpotensi menungjang ketahanan pangan nasional. Penanaman padi di areal sawah tadah hujan sering gagal panen karena kekurangan air, baik untuk pengolahan tanah maupun untuk pertumbuhan tanaman. Petani pada umumnya menunggu sekitar dua bulan sejak turunnya hujan untuk pertumbuhuan tanaman, karena pada waktu tersebut air sudah menggenangi sawah.

Kodam VII/Wirabuana telah turut berupaya mencari solusi alternatif terbaik dalam mengatasi kendala pengairan lahan tersebut. Ada beberapa jalan keluar yang ditawarkan dan dilaksanakan, yakni sebagai berikut, pertama, melalui pemberdayaan teknologi Pompa Air Tanpa Motor (PATM). Dengan menggunakan teknologi ini, sawah tadah hujan dana lahan padi yang terletak di ketinggian dan lahan-lahan yang letaknya jauh dari sumber air sunmgai atau danau, bisa dioptimalkan pada musim kemarau. Kedua, pemberdayaan bibit unggul. Kodam VII/Wirabuana telah berkoordinasi dengan banyak pihak diantaranya Dinas Pertanian, para kelompok tani dan perbankan, guna menyediakan bibit unggulan yang cocok bagi masing-masing wilayah di Sulawesi Selatan. Salah satu bibit dan varietas padi yang telah dikembangkan di Sulawesi adalah varietas tanaman padi jenis hibrida.

Ketiga, pengadaan pupuk. Untuk membantu para petani mendapatkan pupuk yang memadai dan ideal, Kodam VII/Wirabuana berupaya agar distribusi pupuk ke daerah tidak terjadi hambatan. Hal ini dilakukan melalui koordinasi dan kerja sama dengan Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Pertanian serta Perbankan.

Keempat, pola tanam. Selama ini, para petani di Sulawesi Selatan lebih banyak menggunakan pola tanam tradisional. Akibatnya, hasilnya kurang optimal. Padahal idealnya, lahan seluas 1 ha bisa menghasilkan 10 ton. Namun, hal ini belum pernah tercapai.

No comments:

Post a Comment