Tuesday 27 October 2015

Disleksia

Istilah disleksia berasal dari Bahasa Yunani, yakni "dys" yang berarti "sulit dalam" dan lex (berasal dari bahasa legein, yang artinya "berbicara"). Jadi, menderita disleksia berarti menderita kesulitan yang berhubungan dengan kata atau simbol-simbol tulis. Walau tidak menjalani pengobatan khusus, seorang penderita disleksia tidak akan selamanya menderita gangguan membaca dan menulis. Ketika pertumbuhan otak dan sel otaknya sudah sempurna, ia akan dapat mengatasinya.

Seseorang yang menderita disleksia mengalami kesulitan dalam belajar membaca. Kelainan ini mungkin disebabkan oleh ketidakmampuan dalam menghubungkan antara lisan dan tertulis, atau kesulitan mengenal hubungan antara suara dan kata tertulis. Anak yang belum diketahui menderita disleksia, dapat merasa rendah diri karena kesulitan yang dialami dalam mengejar pelajaran dengan kawan-kawan sebaya. Kadang-kadang orang yang menderita disleksia salah menduga bahwa anak yang menderita disleksia juga menderita cacat jiwa.

Kalau seorang anak ditemui mulai mempunyai kebiasaan membaca terlalu cepat hingga salah mengucapkan kata bahkan terlalu lambat dan terputus, maka itu adalah gejala disleksia. Sampai sekarang masih belum diketahui secara pasti apa penyebab gangguan ini. Yang jelas sebagian besar neurolog berpendapat ini merupakan faktor saraf atau otak, sama sekali bukan karena anak itu bodoh atau bahkan idiot seperti mayoritas pendapat orang. Yang unik, sebagian besar penderita disleksia adalah kaum lelaki. Dr. Michel Rutter dari King's College, London, membuktikan bahwa jumlah murid lelaki di sekolah yang menderita disleksia setidaknya dua kali jumlah murid perempuan. Ruter dan rekan telah menganalisis lebih dari 10.000 anak-anak SElandia Baru yang diikutkan dalam uiji membaca standar, usia anak-anak itu berkisar 7 - 15 tahun. Disleksia ditemukan pada 18 hingga 22 perses murid lelaki, sedangkan pada murid perempuan berkisar 8 - 13 persen saja.

Masih perlu dilakukan riset lanjutan untuk mengetahu penyebabnya. Namun berdasar diagnosis, gangguan kemampuan membaca pada anak lelaki oleh kecenderungan mereka untuk bertingkah aneh-aneh dalam kelas ketika merasa frustasi pada pelajaran. Tapi kesimpulan tersebut ditepis oleh Sheldon Horowitz, direktur National Center for Learning Disabilities, menurutnya anak lelaki sesungguhnya tidak cenderung menderita disleksia.


No comments:

Post a Comment